Langsung ke konten utama

Fasisme jawa utopia kejayaan majapahit

salah satu inti ideologi fasisme-nazisme adalah kolonialisme dan superioritas ras arya. Telah menginspirasi  Dr. Notonindito  dengan mendirikan PFI (Partai Fasis Indonesia). Pendiri PFI, Dr. Notonindito, tidak selalu mengikuti fasisme ala Jerman atau itali . Sebagai keturunan asli Jawa, dia lebih mengakar pada kebudayaan Jawa.

Dr. Notonindito sendiri adalah putra Raden Pandji Notomidjojo, bekas patih kabupaten Rembang. Pada 1918 ia menamatkan MULO, kemudian melanjutkan pelajarannya di Telefoon Dienst. Pada 1921, ia berangkat ke Belanda untuk mempelajari ekonomi perdagangan. Pada 1923 ia lulus dan meraih gelar adjunc accountant dan bekerja pada kantor akuntan di Amsterdam. Pada pertengahan 1924 ia menuju Berlin (Jerman) untuk melanjutkan studi ekonominya. Pada November 1924 ia meraih gelar Doktor dalam ilmu ekonomi dengan tesis "Sedjarah Pendek Tentang Perniagaan, Pelajaran Dan Indoestri Boemipoetra Di Poelau Djawa". Sepulangnya ke Indonesia Dr. Notonindito sempat bergabung dengan partai PNI-nya sukarno, sebelum akhirnya mendirikan PFI di Bandung pada bulan agustus 1933.

Fasisme Mussolini yang ingin membangun kembali kejayaan Italia sebagaimana Romawi pendahulu mereka, telah menginpirasi Dr. Notonindito dan PFI-nya untuk membangun utopia menghidupkan kejayaan kerajaan indonesia kuno seperti Majapahit.
Dr. Notonindito mencita-citakan negara yang dipimpin seorang raja seperti zaman kerajaan dahulu, dan supremasi suku Jawa atas suku-suku lainnya.
Banyak tokoh pergerakan yang mengecam gagasan Dr. Notonindito sebagai chauvinisme jawa yang memecah pergerakan nasional, karenanya tidak mendapat dukungan luas dari tokoh-tokoh pergerakan, akhirnya fasisme jawa ala Dr. Notonindito tidak bertahan lama dan menjadi utopia yang tak pernah terwujud.

Sumber:

• Nazi di Indonesia: Sebuah Sejarah yang Terlupakan

Sampul Depan

by Nino octorino







• PFI dan fasisme di indonesia/alfrafikkhan.blogspot.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Tiga Jenderal Dalam Pusaran Peristiwa 11 Maret 1966

By: SOCIOPOLITICA “Kenapa menghadap Soeharto lebih dulu dan bukan Soekarno ? “Saya pertama-tama adalah seorang anggota TNI. Karena Men Pangad gugur, maka yang menjabat sebagai perwira paling senior tentu adalah Panglima Kostrad. Saya ikut standard operation procedure itu”, demikian alasan Jenderal M. Jusuf. Tapi terlepas dari itu, Jusuf memang dikenal sebagai seorang dengan ‘intuisi’ tajam. Dan tentunya, juga punya kemampuan yang tajam dalam analisa dan pembacaan situasi, dan karenanya memiliki kemampuan melakukan antisipasi yang akurat, sebagaimana yang telah dibuktikannya dalam berbagai pengalamannya. Kali ini, kembali ia bertindak akurat”. TIGA JENDERAL yang berperan dalam pusaran peristiwa lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966 –Super Semar– muncul dalam proses perubahan kekuasaan dari latar belakang situasi yang khas dan dengan cara yang khas pula. Melalui celah peluang yang juga khas, dalam suatu wilayah yang abu-abu. Mereka berasal dari latar belakang berbeda, jalan pikiran dan k...

soeharto untold story: BERANI AMBIL RISIKO

SJAFRIE SJAMSOEDDIN Tugas mengawal Pak Harto selalu sarat cerita penuh warna. Meski tanggung jawab yang saya pikul demi keselamatan beliau cukup berat, semua itu terasa tak sebanding dengan teladan yang bisa saya ambil dari setiap tindakan beliau. Pemikirannya yang mendalam benar-benar mencerminkan sosok pemimpin yang arif, yang patut dicontoh oleh siapa saja. Sebagai Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden, pada tahun 1995 saya mengawal Pak Harto mengunjungi Bosnia Herzegovina yang saat itu tengah berperang. Sebelumnya rombongan singgah di Zagreb, Kroasia, dan Pak Harto bertemu Presiden Kroasia, Franjo Tudjman. Pada saat itu diperoleh berita bahwa pesawat yang ditumpangi Utusan Khusus PBB, Yasushi Akashi, ditembaki saat terbang ke Bosnia. Untung saja tidak jatuh korban. Insiden itu membuat rekan-rekan yang menanti di Bosnia mencari kepastian, apakah Pak Harto jadi datang? “ Saya pamit dulu untuk pergi ke Sarajevo, ” kata Pak Harto kepada Presiden Kroasia. Melalui kalimat itu saya ...

PKI DI BALIK GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965 V

Dekrit No. 1 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN REVOLUSI INDONESIA I. Demi kelantjaran Negara Republik Indonesia, demi pengamanan pelaksanaan Pantjasila dan Pantja Azimat Revolusi Indonesia seluruhnja, demi keselamatan Angkatan Darat dan Angkatan Bersendjata pada umumnja, pada waktu tengah malam Kamis tanggal 30 September 1965 diibukota Republik Indonesia, Djakarta, telah dilangsungkan pembersihan terhadap anggota-anggota apa jang menamakan dirinya Dewan Jenderal yang telah merencanakan coup mendjelang Hari Angkatan Bersendjata 5 Oktober 1965. Djenderal-djenderal telah ditangkap, alat-alat komunikasi dan objek-objek vital lainnja telah djatuh ke dalam kekuasaan Gerakan 30 September. Gerakan 30 September adalah gerakan semata-mata dalam tubuh Angkatan Darat untuk mengakhiri perbuatan sewenang-wenang djenderal-djenderal anggota Dewan Djenderal serta perwira-perwira lainnja yjang menjadi kaki tangan dan simpatisan anggota Dewan Djenderal. Gerakan ini dibantu oleh pasukan-pasukan bersendjata di lua...